Hello Awesome Person!

You'll not find anything useful here. Consider this a fair warning.

Sunday, December 26, 2010

Kekhawatiran Sekelebat Namun Tidak Penting (Bagi Orang Lain)

Tuntutan dan ekspektasi makin heboh waktu makin bertambah usia, mungkin bisa lebih heboh dari kericuhan beli tiket bola di GBK, Jakarta (pernyataan yang ini masih perlu uji validitas sepertinya).
Awalnya sih tidak masalah, tapi kalau terancam terusir dari rumah lain lagi ceritanya.
Haduh, haduh, ada yang mau menampung black-stomach-hole macam gue tidak?
Hu hu

Setelah sekitar tiga atau empat tahun yang lalu berhenti bicara selama setahun dengan bokap HANYA gara-gara masalah ayam goreng (bikin malu, berantem gara-gara ayam goreng...), gue rasa diusir dari rumah jadi possible akibat masalah yang lebih besar dari ayam goreng (mungkin seukuran kambing?).
Satu-satunya yang masih menghambat pengusiran gue dari rumah sih cuma nyokap (mungkin karena masih butuh tenaga kuda di rumah buat beres-beres).

Masalahnya adalah : Gue menyatakan tidak mau kalau disuruh mendekati anak atau keluarga B---- supaya bokap nyokap kena imbas kekayaan mereka.

Tuh kan, memang bokap gue yang aneh.

Ngomong-ngomong ada teori komunikasi buat mengubah pola pemikiran orang tidak?
Hm... kelulusan gue di mata kuliah Teori Komunikasi perlu dipertanyakan nih.

Saturday, December 18, 2010

Stoicism

Gue suka kesal dengan wajah gue.
Bukan, bukan karena merasa wajah gue seperti Emma Watson, tapi karena wajah gue tidak ada ekspresinya (seperti diucapkan oleh orang-orang sekitar).

Lagi senang, dikira biasa saja.
Lagi biasa, dikira ngantuk.
Lagi ngantuk, dikira lagi kesal.
Lagi kesal, dikira... I don't know, mungkin... Iblis?

Yah, sebenarnya bukan "tidak berekspresi", tapi "tidak jelas ekspresinya".

Jadi kesal gara-gara gue harus menjelaskan dengan kata-kata (komunikasi verbal) apa yang sedang gue rasakan, bukannya melalui bahasa tubuh (komunikasi non-verbal).
Anehnya, di buku yang gue baca, komunikasi non-verbal dipakai 70% dalam kehidupan sehari-hari.
Mungkin ini tidak berlaku bagi gue.

Tapi ternyata, kekesalan gue semakin berkurang setelah beberapa tahun.
Karena ternyata "tidak jelas ekspresinya" ini sangat berguna dalam hal-hal tertentu.
Terutama untuk menipu dan memanipulasi orang lain, ha ha.

  1. Gue versi mini bisa tertawa sampai berguling-guling tanpa ketahuan dunia luar karena kelakuan aneh orang lain (karena gue belum berminat dituduh gila).
  2. Gue versi mini bisa mengutuk orang lain yang melanggar apa pun yang dianggap sebagai hak gue (karena gue belum berminat dituduh psikopat atau jadi pembunuh).
  3. Gue versi mini bisa teriak-teriak panik sementara bersikap "tenang" ketika menghadapi hal-hal yang diluar zona aman gue (karena gue belum berminat dituduh membuat orang lain kehilangan indera pendengaran).
  4. Gue versi mini bisa menghina orang lain dengan puas hanya karena gue ingin (karena gue belum berminat dituduh sebagai anggota masyarakat yang tidak punya sopan santun).
  5. Dan gue bisa dengan tenang membohongi orang lain jika gue bener-bener punya alasan dan benar-benar berniat mengeluarkan tenaga untuk melakukannya, right in their faces
Jadi gue seharusnya bersyukur punya wajah "tidak jelas ekspresinya", dan bukannya kesal.