Hello Awesome Person!

You'll not find anything useful here. Consider this a fair warning.

Sunday, December 26, 2010

Kekhawatiran Sekelebat Namun Tidak Penting (Bagi Orang Lain)

Tuntutan dan ekspektasi makin heboh waktu makin bertambah usia, mungkin bisa lebih heboh dari kericuhan beli tiket bola di GBK, Jakarta (pernyataan yang ini masih perlu uji validitas sepertinya).
Awalnya sih tidak masalah, tapi kalau terancam terusir dari rumah lain lagi ceritanya.
Haduh, haduh, ada yang mau menampung black-stomach-hole macam gue tidak?
Hu hu

Setelah sekitar tiga atau empat tahun yang lalu berhenti bicara selama setahun dengan bokap HANYA gara-gara masalah ayam goreng (bikin malu, berantem gara-gara ayam goreng...), gue rasa diusir dari rumah jadi possible akibat masalah yang lebih besar dari ayam goreng (mungkin seukuran kambing?).
Satu-satunya yang masih menghambat pengusiran gue dari rumah sih cuma nyokap (mungkin karena masih butuh tenaga kuda di rumah buat beres-beres).

Masalahnya adalah : Gue menyatakan tidak mau kalau disuruh mendekati anak atau keluarga B---- supaya bokap nyokap kena imbas kekayaan mereka.

Tuh kan, memang bokap gue yang aneh.

Ngomong-ngomong ada teori komunikasi buat mengubah pola pemikiran orang tidak?
Hm... kelulusan gue di mata kuliah Teori Komunikasi perlu dipertanyakan nih.

Saturday, December 18, 2010

Stoicism

Gue suka kesal dengan wajah gue.
Bukan, bukan karena merasa wajah gue seperti Emma Watson, tapi karena wajah gue tidak ada ekspresinya (seperti diucapkan oleh orang-orang sekitar).

Lagi senang, dikira biasa saja.
Lagi biasa, dikira ngantuk.
Lagi ngantuk, dikira lagi kesal.
Lagi kesal, dikira... I don't know, mungkin... Iblis?

Yah, sebenarnya bukan "tidak berekspresi", tapi "tidak jelas ekspresinya".

Jadi kesal gara-gara gue harus menjelaskan dengan kata-kata (komunikasi verbal) apa yang sedang gue rasakan, bukannya melalui bahasa tubuh (komunikasi non-verbal).
Anehnya, di buku yang gue baca, komunikasi non-verbal dipakai 70% dalam kehidupan sehari-hari.
Mungkin ini tidak berlaku bagi gue.

Tapi ternyata, kekesalan gue semakin berkurang setelah beberapa tahun.
Karena ternyata "tidak jelas ekspresinya" ini sangat berguna dalam hal-hal tertentu.
Terutama untuk menipu dan memanipulasi orang lain, ha ha.

  1. Gue versi mini bisa tertawa sampai berguling-guling tanpa ketahuan dunia luar karena kelakuan aneh orang lain (karena gue belum berminat dituduh gila).
  2. Gue versi mini bisa mengutuk orang lain yang melanggar apa pun yang dianggap sebagai hak gue (karena gue belum berminat dituduh psikopat atau jadi pembunuh).
  3. Gue versi mini bisa teriak-teriak panik sementara bersikap "tenang" ketika menghadapi hal-hal yang diluar zona aman gue (karena gue belum berminat dituduh membuat orang lain kehilangan indera pendengaran).
  4. Gue versi mini bisa menghina orang lain dengan puas hanya karena gue ingin (karena gue belum berminat dituduh sebagai anggota masyarakat yang tidak punya sopan santun).
  5. Dan gue bisa dengan tenang membohongi orang lain jika gue bener-bener punya alasan dan benar-benar berniat mengeluarkan tenaga untuk melakukannya, right in their faces
Jadi gue seharusnya bersyukur punya wajah "tidak jelas ekspresinya", dan bukannya kesal.

Sunday, November 14, 2010

Duality

Do good for other and people accuses you have ulterior motive.
Do not help them thus creates your image as an egoistic bastard.


Work hard, but in the end other says you’re too serious.
Work in deliberate pace if you want to be judged as lazy bum.


Having fun spelled as not sympathize enough for people in dire.
Having no shopping spree makes you frown upon as cheapskate.


A simple thing becomes a complex and abstract theory or words.
A complicated one drifts into a plain, an easy truth.


End Notes:

I do wonder; why do people like to talks with uncommon words? Instead of explaining things as simple as possible with an everyday life analogy, they choose to speak in complex and abstract theories. Is it in human nature to try to impress others? Or maybe it is in human brain that commands us to works in completely unnecessary and difficult words just to smugly labeled others as dumb when they shows a tint of confused in their faces. I like people who are straight forward, no nonsense, and could explain things to you as simple as possible. But if you choose this path in your essay mid semester or final test and any paper assigned, better pray to God that your lecturer will not give an F mark ;D

Thursday, November 11, 2010

Motivate Yourself

"People who are unable to motivate themselves must be content with mediocrity, no matter how impressive their other talents."
Andrew Carnegie

Uh... Okay...? 

I'm searching for 'something' to motivate myself so I can start to work on my final project, therefore I found this site. It tells us how to motivate yourself or self-motivation.

If you think you have the same problem with me a.k.a. lack of driving forces or just plain lazy; feel free to click that link. Then, maybe you'll ask to me, "Is it worked for you?"

I'll answer with, "Heh. As if."

Nevertheless, I still thought it could be worked for anyone but me. What? You think it is spend to much energy too just clicking those little f       link? Fine, I'll give some clues.

1. Have a cause

Why should it matter? It is important to have a cause, a driving force that will encourage you to do something. And these causes come out from your own mind. Therefore, it is a reason that in the end will motivates you. It'll inspires you, it'll give you a power to face the difficulties or even the seems to be impossible things.

2. Have a dream, a big dream

A cause will be the power to motivate you, but it's still abstract. That's why you have to create a dream as a goal. It should be challenging yet reachable. And it would be better if it's beyond your comfort zone. Don't ask me why.

3. Be hungry

Yes, the article says you have to eat like a hungry Tyrannosaur demolishing vegan dinosaurs to make you feel like a godd    ruler of the world. Ah, no, forget the words I typed before. Actually, the article says you should feel hunger, not merely desires to reach your goal. Because if you do, you'll face much more difficulties that proving you're a great people that deserves an honor and another people should bow and kiss the road under your feet. Okay, I'm babbling nonsense again.

4. Run your own race

Ah, I like this one. It says you have to never, never ever, compares yourself with other people. Because it'll erases your motivation. By simply comparing your success to another is like having yourself as a swimmer, racing with a runner, in the same track. It just won't do. So, please, race with yourself. That's why you have to think of others as irrelevant things that should be uses as tools to reach your goal, whatever the consequences is

Actually, this is the very same reason that destroyed any motivation left within me. Since by having no one to race with, by not comparing myself with others, I feel it is my prerogative to do things with my own pace. Why should bother with the world if its round around you? Laugh. Egoist, but it's more fun that way.

That's it! I don't have any cause to typing the next tips. To finish this so-called usable post is not my goal. Uh-huh, I don't have motivation to finish this post. That's why since the beginning I said it's better if you just click that grey words link. There are two more tips after number four; it is to take one more step and to let go of the past, feel free to interpret it. 

Thursday, November 04, 2010

Cooking Cooking Cooking

Art by : Yusuke Nakamura 


Ada sesuatu yang salah antara dapur dan gue.
Dimulai dari ketakutan masa kecil terhadap minyak panas yang suka muncrat-muncrat, hingga kemalasan tingkat tinggi untuk mencuci peralatan makan (selalu berupaya makan pake sumpit atau sendok plastik sekali pakai langsung buang).

Dalam suatu kesempatan di masa lalu, gue mengundang seorang teman untuk main ke rumah.
Alasan sebenarnya, tentu saja minta dia buat gorengin ayam berbumbu supaya gue bisa makan sore (seperti biasa gue sendirian di rumah jadi tidak ada yang masak).
Ya, gue SEGITU takutnya sama semburan minyak panas.
Terkena minyak panas adalah pengalaman yang gue harap TIDAK AKAN PERNAH gue rasakan lagi sejak kecil.

Kembalinya gue ke dapur untuk pertama kali ditandai dengan upaya membuat puding karamel untuk seorang teman di semester yang lalu.
Puding karamel dibuat tanpa semburan minyak panas dan sepertinya cukup mudah.
Hasilnya gagal total.
Karena resep yang gue pakai ternyata salah dan meski tidak ada semburan minyak, ada lelehan gula panas SUPER lengket yang lebih menyeramkan waktu kena tangan.
Benar-benar ada yang salah antara dapur dan gue.

Sekarang gue ingin kembali menguji coba hubungan antara kami untuk kedua kalinya.
Gue bertekad akan mencoba memasak masakan beneran (bukan mie instan atau masakan lain yang memakai oven).
Kalau kali ini masih gagal juga...
Well, masih ada kali ketiga.

Wednesday, October 27, 2010

Quote is... well, "quote"

"Kata orang, kalau anda mempunyai orang tua miskin, itu sudah nasib.
Tapi kalau anda punya suami miskin, itu berarti anda bodoh."
Diucapkan oleh wanita-wanita di Surabaya untuk wanita-wanita lainnya yang mencari pembenaran dengan berusaha mendapat jodoh pria kaya.




Haha, ini dia yang bikin cewek dikonotasikan dengan 'matre'.
Sampai di salah satu lagu oke yang gue suka denger ada lirik isinya,

Won't you marry me if I could be a rich boy.

Tuesday, September 21, 2010

Quarter Life Crisis?

Wake up, stand up.
I know, but for what?

(Ellegarden - Bored of Everything)


Padahal katanya orang bisa bosan karena terjebak dalam rutinitas.
Tapi kalau hidup tidak punya rutinitas, selalu tanpa rencana, berbuat seenaknya, atau jika terlalu tidak ada kerjaan maka akan cari gara-gara dengan orang lain, kenapa masih bisa merasa bosan?

Ha~
Mengetik ini aja rasanya bosan setengah mati.
Dan gue mulai bosan mengulang kata bosan di setiap kalimat, damn it!

Apa mungkin karena hidup gue tidak ada konfliknya ya?
Mungkin ada bagusnya gue dikirim ke Afganistan supaya merasakan apa itu yang namanya 'hidup' a.k.a. berjuang mempertahankan diri supaya bisa tetap hidup setiap detiknya.

Jadi iri sama Yagami Light di Death Note yang merasa hidupnya sangat sangat membosankan tapi akhirnya dia bisa ketemu Ryuk.
Gue juga mau temenan sama Ryuk!

Sunday, September 05, 2010

I'm Amazed

Gue sama sekali tidak menyangka obat nyamuk jaman sekarang SANGAT canggih.
Bayangkan, dulu obat NYAMUK susah buat bunuh KECOA.
Haa~ teringat masa lalu saat mengejar-ngejar kecoa sambil nyemprot obat nyamuk kalengan karena males ngotorin sendal jepit.
Sampai seratus meter lebih disemprot juga tetep aja kaga mati.

Tapi keajaiban terjadi.
Beberapa hari yang lalu ibu gue teriak waktu mau masuk kamar mandi, memaksa gue cepat-cepat ambil obat nyamuk kalengan yang baru dia beli di siang hari.
Ternyata ada kecoa sembunyi di balik pintu kamar mandi.

Sebelum membunuh target, ibu berpetuah, "Semprot jangan banyak-banyak. Mahal itu."

Karena gue anak yang berbakti, gue cuma semprot sekali aja tapi langsung pada tubuh target.
Dan itu kecoa langsung mati.

...

Segitu kuat obat nyamuknya bisa bikin orang bunuh diri makin cepet ya?

Saturday, August 14, 2010

FANBOYS

Baru aja kakak cowok gue mengganggu kehidupan per-internet-an gue.
Dia masuk tiba-tiba ke kamar dan menanyakan hal yang SANGAT tidak penting (bagi gue).

"SNSD itu apa sih?"

Kenapa pertanyaan ini tidak penting?
Karena menurut gue dia bisa nyari sendiri di google kan?
Tapi karena komputer dan internet DIKUASAI oleh gue seorang, maka dengan baik hati gue menjawab pertanyaan dia.

"Kenapa emangnya? Itu girl-band dari Korea."

"Istimewanya apa?"

Well, gue mencoba menjawab se-tidak-bias mungkin.
Soalnya gue bukan fans mereka, tapi juga bukan haters mereka (gimana caranya coba jadi haters, kenal sama mereka aja nggak).
Jadi kalau ada lagu yang menurut gue lumayan, gue download.

"Kalau menurut cowok-cowok istimewanya kaki-nya. Soalnya ada lagu yang mereka pake celana pendek (hot pants -red). Sebenernya ya banyak yang suka soalnya lagunya Korea kan hip-hop, RnB, jadi lebih gampang diterima di banyak negara. Mau liat ta?"

Jadi gue buka youtube buat nunjukin salah satu PV, eh, MV yang judul lagunya Tell Me Your Wish.
Selama nunggu, dia juga komentar tentang nama-nama orang Korea yang terdiri dari tiga suku kata.
Waktu dia mau nyebut salah satu contoh nama Korea, gue langsung motong dengan,

"KIM-JONG-IL!"

Disebut dengan bergaya SS yang lagi memberi penghormatan ke Fuhrer.

Oke, cukup sekian intermezzo.
Akhirnya gue nunjukin ke kakak gue videonya cuma beberapa detik soalnya dia udah mau keluar dari kamar.

"Oh, temen mas tu nge-fans banget. Kirain apaan."

"..." 

Entah kenapa kalau fanboys itu dimata gue terkesan (maaf) pervert.
Padahal ya tidak juga kan?
Dibandingin sama fangirls yang (sebenernya) juga pervert, gue lebih takut sama fanboys.

Kenapa ya?

Apa gue bias?
Berhubung gue juga cewek, ngeliat kelakuan para fangirls jadi biasa aja (apalagi kalau mendengar ocehan pervert-nya sesama blogger dengan inisial N, lol).
Tapi kalau mendengar tentang kelakuan dan (terutama) ocehan fanboys, gue bisa freak out!
Gue versi kecil lari-lari sambil teriak di dalam hati, tapi diluarnya pura-pura tidak ada apa-apa aja, haha.

Dan gue cuma bisa (setengah) bersyukur kakak gue ga suka je-Jepang-an atau ko-Korea-an.

Ya, gue positif bersikap bias.

Thursday, July 22, 2010

INTRAPSYCHOSYSTEM LANGUAGE

Tick tick tock.

Tick tick tock.

Stop.

Must stop this Obsessive Compulsive mind.

Angry.

Depressed.

No, I'm fine.

Happy?

Not really.

Laugh.

You're damn funny!

Ah, whichever psycho test, the result is the same,an unmeasurable bipolar syndrome. Nah!

Look!

You hear that?!

Huh? Schizophrenic?

"Really, I think you have to stop from running away from your life...?"

And I finally able to get away from ADHD.

"What?"
"And please take a rest. Sleep. You definitely need that. How long have you been not sleep? 2 days? 3 days?"
"Just 2."
"What did I said before? You are in first degree of insomniac. Do you want to 'officially' insomniac?"

Uncontrollable laugh.

I think I want to make you to feel ... hurt.

INCEPTION

Lagi-lagi gue berbohong.
Kali ini gue bohong dengan judul postingan ini.
Soalnya yang mau gue bahas itu film yang cuma tayang di Blitz tapi sepertinya tidak ada yang tau...

EVANGELION: 2.0 YOU CAN (NOT) ADVANCE.

Pertama gue liat film ini ada di jadwal Blitz, gue nyiapin budget nonton meski harusnya gue sadar diri dengan kondisi keuangan yang makin terancam.
Tapi otak gue langsung berpikir, "Ah, salah satu momen kebebasan finansial gue akan segera berlangsung tidak lama lagi, jadi ga masalah sesekali membahagiakan diri!"
Ada yang tau momen apakah itu?

Momen kebebasan finansial gue hanya terjadi dua kali dalam satu tahun, Lebaran dan hari ulang tahun.
Tapi menjelang tahun-tahun akhir ini, momen yang disebut kedua menunjukkan tanda-tanda signifikan untuk gugur menjalankan tugasnya.
Haduh, haduh.

Oke, balik lagi ke topik utama yaitu film-film un-heard of...

Tiba-tiba salah seorang teman sms nanya apa gue mau nonton bareng Evangelion?
Haha, ternyata dia juga heboh mau nonton.
Berhubung dia sibuk akhirnya jadwal muncur 3 hari sejak Evangelion tayang di Blitz.
Tadinya sih gue cemas ga dapet tiket lagi, mirip beberapa tahun lalu waktu mau nonton EVANGELION: 1.0 YOU ARE (NOT) ALONE pas festival film di Blitz juga.
Dan kita nyaris terlambat (efek macet di tempat tidur a.k.a. bangun kesorean), buru-buru masuk, ternyata yang nonton cuma kami berdua.
Sayang temen gue bukan pacar, kalau orang pacaran di gedung bioskop gelap-gelap satu studio cuma berdua pula entah apa yang akan terjadi.
Fu fu fu

Jujur aja gue shock dengan respon anak muda Indonesia.

Film yang sejujurnya busuk dan tidak bermutu ditonton rame-rame.
Film yang beneran bagus dan berkualitas rame juga, tapi rame sama orang mengeluh ngantuk, bosan, atau marah-marah karena pada berisik di dalam studio bioskop (yang ini biasanya pengamat film).
Film yang un-heard of cuma jadi pajangan, tayang sebentar, waktu ga laku langsung dicabut ganti film lain.

Buktinya adalah film India, 3 Idiots, yang awal tayang ga laku terus dicabut.
Setelah jadi 'tren' baru pada nyariin film ini dan muji-muji film ini.
Bioskop juga langsung memperpanjang masa tayang film-film ini.
Well, gue sih masih belum minat nonton film India jadi belum nonton dan belum berhak berpandangan subjektif terhadap film ini.

Dulu rasanya Blitz masih rajin menayangkan film-film festival, film-film yang bukan 'box office' tapi umumnya lebih berkualitas.
Tapi sekarang?
Ada sih beberapa, tapi ya gitu.
Yang festival berkualitas jarang-jarang.
Rata-rata malah sebentar masa tayangnya.
Hey, dikira orang setiap hari bisa langsung datang ke bioskop beli tiket mahal?

Gue benar-benar berharap orang-orang yang suka menghabiskan uang ke bioskop untuk nonton film-film un-heard of ini.
Kan kalau responnya positif siapa tau bioskop Soe-Dwi-Mono mau muter yang festival-festival juga jadi gue bisa nonton dengan harga lebih murah dan bahagia.
Ingat, membahagiakan orang itu mendapat pahala lho?!

Salah satu buktinya ya film Hurt Locker.
Film yang DVD bajakannya sudah kualitas ori (tingkatan paling tinggi) sama sekali tidak diputar di sini.
Setelah masuk nominasi Oscar dan dapat penghargaan baru diputer di bioskop.
Mental komersial.

I know, I know, I should not stressing myself over nontrivial things like this.
But it irks me!

Apalagi kalau tentang hal-hal yang gue sukai.

Evangelion itu gabungan dari beberapa hal yang sangat gue sukai.
Film (Anime berkualitas), mecha (terutama tipe Eva 01), dan musik (lagu ending-nya salah satu lagu yang gue suka dari Utada Hikaru).
Tuh kan, hit-hit combo jadinya.

Monday, July 12, 2010

I Know You Better Than You Know Yourself

Judulnya tidak ada hubungannya sama isi tulisan ini kok.
Memang gue yang suka semena-mena aja.

Berhubung yang sebelumnya lupa mau ngetik apa, gue lanjut dengan tulisan yang lain dulu!

Tadi setelah membuka blog milik anak-gila-dan-suka-cengengesan-sendiri-plus-OCD-pula, gue teringat salah satu hal yang gue baca dari buku.
Lupa tulisan tepatnya gimana, yang jelas dibilang,

"Kebahagiaan itu menular. Saat anda berada bersama dengan orang-orang yang bahagia, anda akan turut merasakan kebahagiaan. Itulah sebabnya anda akan terkadang akan lebih senang saat bersama dengan orang yang tidak anda kenal. Karena orang itu menularkan kebahagiaannya pada anda."

Panjang juga ternyata.

Hebat juga gue masih setengah ingat sama tulisan itu.
Haha, minta ditampar.

Mungkin ada benarnya tulisan di buku itu.

Gue selalu heran setelah pergi ke stasiun tebet dimana ada petugas super aneh yang suka merasa gue itu temen dia.
Dasar orang gila.
Tau nama gue juga tidak.
Dan dia tidak berniat nge-lawak, apalagi gangguin gue.
Tapi gue selalu ketawa kalau ingat dengan keanehan orang ini.

Atau waktu itu pernah gue keluar dari sebuah parkiran gedung.
Waktu bayar parkir, petugasnya bilang, "Tagihannya 4 juta!"
Jelas-jelas tagihannya 4 ribu.
Akhirnya bayarnya dengan uang 10 ribu.
Terus dia bilang lagi, "Oke, uangnya 10 juta. Ini kembaliannya 6 juta."
Dan dia dari awal ngomong dengan muka datar bukan muka mau nge-lawak, ketawa pun tidak.
Padahal gue dari awal udah ketawa.

Mungkin benar, kebahagiaan itu menular sehingga kita terkadang merasa tidak masalah waktu terjebak dalam lingkungan yang tidak kita kenal.

Tapi gue juga menghasilkan hipotesis baru setelah membaca buku itu.

"Ketidakbahagiaan juga menular. Saat bahagia, kita akan menjauhi orang-orang yang tidak bahagia. Karena kita tidak mau kebahagiaan kita diserap oleh orang itu sehingga berkurang kebahagiaannya."

Menjauh, menjauh, awas dia lagi bad mood.
Nanti bisa-bisa ikut bad mood karena 'terpaksa' mendengar cerita dia.

Berarti lebih baik tidak punya teman?

Soalnya kalau punya teman pasti akan ada saat dimana dia terkena bad mood sehingga gue ikut terkena bad mood?
Padahal, katanya, kalau tidak berbagi duka, berarti bukan teman yang baik.
Hm... tapi gue selalu menghindar dari orang-orang yang mau 'berbagi' duka.

Haha, ternyata gue memang tidak pernah menjadi teman yang baik.

An Answer

Daftar pertanyaan-pertanyaan yang selalu saya ajukan tapi tidak pernah saya cari jawabannya hingga akhirnya orang lain yang memberikan jawabannya bagi saya:

1. Kenapa anak kecil bisa lucu, padahal gue merasa anak kecil itu mirip sama orang tuanya dan bagi gue (dalam standar-absolut menurut gue) orang tuanya ga ada lucu-lucunya sama sekali (jelek -red)?

Jawabannya:

"Karena anak kecil-nya masih belom ada dosa jadi dia lucu. Coba kalo orang tuanya, pasti ada dosa lah," diucapkan oleh seorang teman dalam perjalanan kereta beberapa bulan yang lalu.

Komentar gue:

Wow, pertama kalinya gue setuju dengan jawaban atas pertanyaan gue ini!
Biasanya orang-orang cuma bales pertanyaan gue dengan jawaban, "Eh, lo bisa suka sama anak kecil juga ya?"
Salut untuk teman gue yang menjawab dengan 'normal' itu.

2. ...



Gue udah lupa mau ngetik apa.

Maklum, ingatan gue lebih lemah dari anjing doberman (yang katanya anjing dengan daya ingat terlemah).

Monday, May 10, 2010

Under The Blue Sky

Ayo bermain!
Tarik nafas dalam-dalam dan mulai baca tulisan berikut ini.

Coba bayangkan langit biru yang cerah, tanpa awan.
Waktu membayangkannya rasanya jadi sedikit lebih bersemangat.
Sekarang coba alihkan pandangan ke pemandangan dibawah langit itu.
Pemandangan mana yang anda lihat yang paling menenangkan?

A. Dataran bersalju putih
B. Lautan biru
C. Pegunungan hijau
D. Padang yang dipenuhi bunga kuning

Katanya, warna biru memiliki kekuatan buat menenangkan jiwa.
Dan waktu anda membayangkan warna lain yang berlawanan dengan langit biru yang cerah, tanpa sadar anda menunjukkan bakat tersembunyi yang berada di alam bawah sadar.
Jadi, apa bakat yang disembunyikan pikiran anda?

A. Dataran bersalju putih
Katanya, kalau anda memilih ini, artinya anda diberkati dengan sensitivitas tinggi.
Jadi dengan intuisi anda bisa memahami situasi dan menguraikan masalah tanpa perlu bukti atau penjelasan.
Makanya anda sebenarnya berbakat untuk menjadi seorang visioner karena mampu menjadi pembuat keputusan.
Percayailah intuisi anda karena itu akan menuntun anda dengan baik.

B. Lautan biru
Kalau yang ini artinya anda punya bakat alami dalam hubungan antarpribadi.
Orang lain menghormati kemampuan anda dalam berkomunikasi serta mampu bekerja dalam tim.
Kehadiran anda membantu orang lain bekerja lebih lancar dan efisien.
Kata-kata anda menjadi berharga bagi orang lain karena mereka tau anda mengatakan yang sebenarnya.

C. Pegunungan hijau
Bakat anda adalah berkomunikasi dengan ekspresif.
Dengan mudah anda menemukan kata-kata untuk mengekspresikan apa yang anda rasakan.
Akibatnya, orang lain juga dapat merasakan apa yang anda utarakan, termasuk kebahagiaan dan duka anda.
Anda tampaknya mampu menunjukkan apa itu komunikasi yang sebenarnya.

D. Padang yang dipenuhi bunga kuning
Bagi yang menjawab ini, anda adalah sumber pengetahuan dan kreativitas.
Gagasan dan potensi anda hampir tidak terbatas.
Namun, anda tetap harus menyesuaikan diri dengan perasaan orang lain dan tetap terus bermimpi.
Karena tidak ada yang tidak dapat anda capai.


Bagaimana hasilnya saudara-saudara?
Kalau salah jangan complaint karena bukan gue yang mengarang permainan ini.
Salahin aja orang-orang yang namanya gue sebut di bagian bawah postingan ini itupun kalo berani.



Sumber : Kokology, Tadahiko Nagao dan Isamu Saito.

Saturday, May 08, 2010

Optimism and Pessimism

Ada hal yang membuat gue bingung.
Menurut pengetahuan gue, menuruti kritikan orang-orang yang bilang kalau gue suka men-generalisasi-kan sesuatu seenaknya, pikiran itu punya kekuatan.
Jadi kalau dalam pikiran gue ada 1% aja ketidakpercayaan akan sesuatu, berarti sesuatu itu tidak akan terjadi.
Misalnya dalam pikiran gue, gue yakin jaket gue yang hilang entah dimana tidak akan pernah ketemu, maka gue akan bener-bener ga nemuin jaket itu.

Masalahnya, gue juga suka melihat sisi negatif dari setiap hal.
Dan termasuk impulsive waktu berbicara, alias kalau ngomong 'ga pake dipikir'.
Akibatnya gue sering 'dimarahin' sama orang sekitar.

"Hahaha, ntar kita tiba-tiba ketabrak bajaj lagi."

Gue cuma bicara 'fakta' kalau hal diatas bisa saja terjadi.
Dan orang itu langsung kesal karena gue dengan 'seenaknya' ngomong, jadi dia takut kata-kata itu jadi kenyataan.
Katanya kata-kata gue negatif.
Padahal dalam pikiran gue, gue tetap 100% optimis kita ga bakal ketabrak apapun.

"Tumben ga macet pagi gini."

Itu juga 'fakta' karena pagi itu waktu naik mobil jalanan padat lancar bukannya padat terhambat kaya orang ga bisa B.A.B. berhari-hari.
Orang yang nyetir mobil itu langsung marahin gue supaya jangan 'seenaknya' ngomong.
Katanya kalau gue ngomong gitu ntar bisa terjadi kebalikannya karena gue berkata negatif.
Takutnya tiba-tiba jalanan jadi super macet.
Padahal lagi-lagi pikiran gue 100% tetap optimis jalanan memang tidak macet.

Jadi sebenarnya yang pikirannya negatif itu siapa?

Kalau gitu artinya yang pikirannya negatif atau pesimis kan orang lain itu.
Bukan gue yang pesimis.
Dalam pikiran gue aja tidak terlintas pikiran hal negatif akan terjadi.
Orang yang mengingatkan gue akan 'pikiran' gue yang 'negatif' itu yang justru sebenarnya dalam pikirannya ada pesimisme 1%.

Jadi kenapa masih gue yang 'dituduh' pesimis dan 'suka' berkata-kata jahat?

Friday, April 30, 2010

Prozac for Me

Beberapa hari terakhir ini gue terpapar kata-kata, "Enjoy The Little Things"
Waktu gue aplikasikan ke kehidupan sehari-hari, gue sadar gue jarang melakukan hal diatas.

Misalnya adalah televisi.

Sudah lama gue tidak nonton tv.
Bukan, bukannya gara-gara tv-nya sudah gue jual, tapi gara-gara gue ngerasa tv Indonesia saat ini... ehm... yah gitulah.

Sinetron.
Reality Shows.
Berita.

Atau lebih tepat kalau gue bilang itu adalah,

Film Akting.
Yang buat cerita, akting kalau idenya bener-bener dari diri sendiri.
Yang nyutradarain, akting kalau dia adalah pembuat film berkelas.
Yang meranin, akting beneran, buktinya tidak ada emosi di dalam peran yang dimainkannya.
Yang produserin, akting kalau film seperti ini adalah kesukaan rakyat Indonesia.
Hell no.

Show isinya sok dramatis dan nangis mulu.
Baru awal-awal udah nangis.
Tengah-tengah berantem trus nangis.
Pas terakhir antiklimaks, eh, nangis lagi.
Kalau tidak isinya nangis, ya isinya seperti Film Akting diatas.
Suck.

Newstainment.
Berita ga penting dibikin heboh.
Berita penting dibikin lebih heboh lagi.
Memang orang indonesia suka bikin yang heboh-heboh.
Creepy.

Berhubung gue mencoba untuk menikmati segala hal, gue mulai kembali duduk tenang di depan televisi.
Dan ternyata setelah lama tidak melihat televisi, televisi Indonesia sudah berkembang!
Semuanya bisa bikin gue ketawa.

Mulai dari iklan aneh sampai pembawa acara berita yang ngawur.
Contohnya, iklan Mintz dan iklan Mie Sedaap.



Iklan yang paling aneh sekalipun seperti Suteka dan Roncar bisa bikin gue ketawa ngakak.
Salut sama yang bikin, soalnya awareness-nya kena!

Trus sinetron a.k.a. Film Akting.
Haduh, haduh, cerita tentang putri duyung yang lagi diputer di tv itu bener-bener lucu.
Bayangin aja, mermaid dan merman yang seharusnya bisa napas di air malah nahan napas waktu nyelem.
Benar-benar sukses bikin gue ketawa ngakak sendirian sampai orang tua gue cemas dikira gue kesurupan.

Untuk masalah newstainment atau berita di tv, ini sih gue mau sok serius tetep aja bisa ketawa.
Gimana tidak?
Pembawa acaranya aja bisa mengeluarkan kata-kata yang ngawur dan tidak terduga.
Misalnya, bertanya ke seseorang yang anaknya mengalami kecelakaan, bagaimana perasaannya terhadap musibah yang dialaminya itu...

Sayangnya kalau reality show belum sempet ketonton, mungkin besok-besok aja kalau jauh dari internet lagi.
Gue harus terima kasih dengan tv karena sudah sukses melaksanakan tugas utamanya, yaitu menghibur.

Jadi, moral of the story adalah kita harus benar-benar menikmati segala hal sepele termasuk hal yang dulu kita hujat.

Sunday, April 18, 2010

Logic Enough?

Di sebuah buku yang baru gue beli, ada game yang tujuannya supaya tau seberapa logis pikiran kita.

Ada bab judulnya 'So You Think You're Logical?' yang isinya empat pertanyaan.

Dan jawaban gue salah semuanya karena seperti biasa, gue mencari-mencari 'celah' dalam pertanyaan itu.

Jadinya, menurut buku ini gue harus, "Go to the bottom of the logic class!"

Mungkin gue harus ambil ulang mata kuliah Dasar-Dasar Logika.

Monday, March 29, 2010

Are You Talking To Me?

Kata-kata pertama kakak cewek gue yang sudah setengah tahun ada di kota lain dan kemarin berkunjung ke Jakarta ketika melihat kamar gue adalah :

"...makin lama kamu kayak otaku aja."

Kondisi kamar gue saat itu adalah (1) gue duduk di depan komputer dengan sarung untuk menghadang masuk angin, (2) dinding kamar perlahan tapi pasti dipenuhi poster film dan anime, (3) kertas, buku, dan baju entah bersih atau kotor berserakan di lantai, (4) tiga chibi gundam favorit terpajang rapi dalam kamar, (5) ada keyboard dan gitar di kamar.

Karada

People said that music is a mirror of human's heart.

If you angry, you'll hear loud music,
and if you happy, you'll hear upbeat music.

So tell me, why am I in the mood for this kind of songs?



Lie To Me

I always thought knowing someone else's behavior is not hard.
Reasoning other's action somehow become easy for me.
I know why he did that.
I know what she's going to do.

Yet understanding that is hard.

No matter how right I am about the reason behind people's action, I just can't seem to understand it.

Why did they do that?

Why?

I don't know.

I can't know.

And maybe I don't need to know.

Because, behind every betrayal that happens to me, there's the truth.
The truth is never echoes in the same length as happiness.
That's why sometimes things are better leave behind.

I'm happy to not know the truth.

Monday, March 08, 2010

Dilemma

Jadi, seorang teman bertanya pada gue, "Gue ingin meneliti apakah orang-orang yang suka je-Jepang-an karakteristiknya sama kaya lo..."

Note : je-Jepang-an ini berbeda dengan orang yang suka dorama, reality show, boyband, tapi ga suka anime, j-rock atau j-pop, mecha, dan tokusatsu.


Menurut temen gue yang ko-Korea-an a.k.a. pecinta T.O.P. Big Bang, orang semacam gue yang suka sama anime itu karakternya sama semua, termasuk dengan adek-nya.

Sama absurd-nya.

Meski gue selalu merasa gue masih tergolong dalam kalangan 'normal', gue juga jadi ikutan penasaran sama 'teori' yang diciptakan temen gue ini (kalau dia masih anggap gue teman, fu fu fu).
Padahal gue merasa menemukan sesama penyuka anime, tokusatsu, gundam, eh, mecha maksudnya, itu agak susah.
Semuanya dibutakan oleh pria-pria yang menari (no offense girls, lol) dan kisah percintaan di drama negara tetangga Jepang.

Yes, Korean wave.

Tiba-tiba semua orang di sekitar gue suka sama ko-Korea-an, padahal sebelumnya ga mempan waktu mau dipengaruhi je-Jepang-an.

Berdasar teori temen SMA gue, ko-Korea-an lebih gampang diterima anak muda Indonesia karena mereka cerita dramanya lebih romantis.
Selain itu, secara fisik dianggap lebih oke, lebih tinggi, lebih... yah begitulah.
Bagi para himono onna yang masih dalam tahap labil tentu ini hal yang tidak dapat ditolak begitu saja.
Bukannya gue ga suka sama ko-Korea-an, cuma belum menemukan sumber obsesi di ko-Korea-an aja.
Begitu ketemu pasti gue langsung total ikutan ko-Korea-an kok (curiosity kills the cat).

Dan gue kalau mau ngobrol tentang anime jadinya cuma bisa sama kakak cewek gue (yang lebih sering gue siksa daripada ngobrol) atau orang di forum internasional.
Kalau musisi yang gue suka... itu sih jadinya bukan ngobrol, tapi sekedar one side communication.














Source : http://www.yaso_sama.deviantart.com


Mecha atau robot?

Gue ngobrol sama robot Gundam yang gue pajang di kamar.

Tokusatsu a.k.a. Kamen Rider?
Ini ujung-ujungnya ngobrol sama anak cowok.

Lho, kok gue malah jadi cerita ga jelas gini?
Gue jadi lupa tadinya mau cerita apa.
Yah, sudahlah, namanya juga sudah tua.
Harap maklum kalau suka lupa dan ga jelas.

Matta ne!

Thursday, February 11, 2010

TERJEBAK

Gue suka iri dengan orang yang bisa tiba-tiba kenalan dan berbincang dengan random stranger.
Pertanyaan gue sederhana, "Kok bisa ya mereka ngobrol kayak udah temenan lama padahal ketemu aja belum pernah?"

Setelah mempertanyakan ini, tiba-tiba dalam tiga hari ini gue terjebak dalam situasi semacam itu.

Pertama terjadi di stasiun kereta waktu menuju Jakarta.
Karena kereta busuk itu tidak muncul-muncul, ibu-ibu muda yang duduk disebelah gue tiba-tiba bilang, "Lama ya keretanya."
Berhubung shock ada yang ngajak bicara, gue cuma angguk-angguk.
Terus ibu ini cerita karena kelamaan nunggu dia sampai bisa ibadah dulu.
Gue menanggapi dia dengan normal, tanpa semangat, sambil sms-an pula.
Tapi ibu ini tetap semangat ngajak ngobrol.
Terus gue lebih shock lagi waktu dia ikut ngajak ngobrol bapak-bapak disebelahnya supaya 'bergabung' dengan 'kami'.
Mana harus terjebak dalam kereta yang sama.
Haduh.
Akhirnya gue pura-pura bodoh waktu masuk ke gerbong kereta, kedorong-dorong kepisah dengan ibu ini.
Padahal gue memang sengaja memisahkan diri.

Kedua kalinya, tepat besok harinya, di peron kereta yang sama, bapak-bapak ngajak gue ngobrol.
Man, gue ga ngerti lagi apa yang salah dengan hidup gue.
Ini bapak tiba-tiba nanya, "Mau turun dimana, dek?"
Dan berlanjutlah dengan dia cerita tentang keheranannya dengan anak muda jaman sekarang yang suka merokok dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tapi tetep, yang paling bikin gue ketakutan adalah pertanyaan semacam, "Tinggal daerah mana?"
Waktu gue bohong dengan bilang di suatu daerah (yang sebenernya rumah temen gue) ternyata dia punya teman yang tinggal daerah situ.
Dia pun menyebut nama temennya itu yang adalah pejabat dengan rumah yang mencolok di daerah itu.
Jadi seharusnya gue tau siapa pemilik rumah mencolok itu.
Karena muka gue bodoh dan menunjukkan wajah tidak tahu, gue rasa dia sadar gue berbohong.
Kenapa sih hidup gue selalu berakhir dengan masalah?

Ketiga adalah hari ini waktu gue naik busway.
Berhubung sebentar lagi mau turun, gue berdiri dekat pintu.
Ini petugas tiba-tiba nanya, "Kuliah dimana?"
Gue menjawab dengan jujur.
Dia nanya, "Baru pulang kuliah? Rumah daerah mana emangnya?"
Mulai ketakutan.
Terus dia nanya lagi, "Berarti kedokteran, ya?"
Mulai setengah jujur, ngangguk-ngangguk ga jelas.
Si petugas mulai bercerita masalah hidup dia dan keamanan perangkotan jakarta.
Gue mulai merasa terjebak lagi untuk kesekian kalinya.

Sekarang gue berjanji tidak akan iri untuk hal-hal yang tidak penting yang justru berpotensi membahayakan kesehatan mental gue.

Sunday, January 31, 2010

Criminal Minds

Sebelum memulai kembali aktivitas kuliah seperti biasa besok hari, gue mau puas-puasin diri ber-internet!
Minggu ini pun gue memilih untuk ditinggal sendirian di rumah daripada makan gratis di pesta undangan orang.
Selama libur pun hubungan sosial yang gue lakukan dengan orang-orang hanya untuk berbagi informasi-informasi (tidak) penting.
Misalnya, Gackt menyumbang suara buat Vocaloid, TOP Big Bang adalah orang bodoh (in good way), Arashi menguasai Jepang, dan sebagainya.

Memang hanya internet-lah yang mampu menyatukan para himono onna.

Berkat info tentang Gackt inilah gue jadi tau apa Vocaloid itu.
Dulu gue kira Vocaloid itu nama anime gara-gara gue sering lihat gambar Hatsune Miku (salah satu 'tokoh' Vocaloid) di situs-situs otaku.

Ternyata, man, Vocaloid itu nama program komputer!


source : wikipedia

Semakin ketahuan betapa bodohnya gue.


Jadi gue akhirnya tau, Vocaloid itu semacam program yang bisa membuat tiruan suara manusia.
Ada beberapa 'tokoh' yang masing-masing punya tipe suara dan rentang nada yang berbeda-beda.
Terus, katanya, tinggal nulis teks lagu plus milih nada, 'tokoh' ini bisa bernyanyi.
Bisa dibilang semacam penyanyi idola masa depan.
Beberapa lagu yang dinyanyikan oleh Vocaloid menurut gue seperti benar-benar dinyanyikan manusia.
Suara Kamui Gakupo, 'tokoh' yang suaranya diambil dari Gackt, lumayan mirip seperti aslinya.

Melihat perkembangan teknologi yang semakin menggila, yang gue pikirkan bukan manfaatnya bagi industri komersil misalnya Vocaloid untuk menggantikan penyanyi beneran waktu rekaman supaya bebas dari suara fals.
Yang pertama terpikir di otak gue adalah, jeng jeng jeng, bisa untuk tindak kejahatan nih!

Fu fu fu, dengan menirukan suara orang, gue bisa menjebak manusia-manusia lainnya misalnya dengan tuduhan konspirasi atau kriminalitas lainnya.
Terus suara rekaman hasil Vocaloid tadi buat barang buktinya.

Gue bisa menjebak Bill Gates buat mengakui bahwa gue adalah anak angkatnya.

Buat para fangirls juga bisa membuat rekaman palsu yang isinya suara artis idola masing-masing bilang, "xxx" dan "xxx"
(bayangkan sendiri apa kata-katanya)

Sekarang gue mengerti kenapa penyanyi-penyanyi yang dimintai developer Vocaloid sebagai pengisi suara 'tokoh' tidak mau sepenuhnya 'diambil' suaranya.

Wednesday, January 13, 2010

DAIKIRAI

Kalau ada yang bertanya, "Hal apa yang paling lo benci?"
Gue sekarang bisa menjawab dengan penuh semangat.

"GUE BENCI HARUS MENCARI ATAU MIKIR NGASI KADO APA KE ORANG LAIN!"

Hari ini gue diutus oleh bokap untuk nyari kado buat nyokap yang akan ultah besok.
Sendirian.
Tanpa bantuan ide harus beli apa.
Tanpa akomodasi buat kendaraan pula.

Bokap bilang beliin aja jeans atau kaos.
Padahal gue tau nyokap itu setengah-setengah mirip sama gue.
Cerewet masalah model, kenyamanan, bahan, dan tentunya harga.
Jadi jeans dan kaos otomatis dicoret dari daftar barang-yang-mungkin-bisa-dijadikan-kado.
Sepatu atau tas?
Ini juga harus dicoret dari daftar.
Menurut gue nyokap udah kebanyakan tas.
Sepatu juga nyokap cerewet.
Jadi gue memutuskan muter-muter di Centro Semanggi aja.

Setelah keliling-keliling satu jam sampai kaki rasanya udah lecet semua meski pakai sendal jepit,
gue masih belum nemu kado yang pas.
Ada baju yang bagus, tapi barangnya tinggal satu dan ukurannya kebesaran.

Akhirnya kegiatan gue di Centro itu dipenuhi dengan menguntit ibu-ibu lain.
Setiap dia megang barang, pasti gue ikutan liat barang itu.
Gue rasa lama-lama dia sadar gue ngikutin terus.
Jadi gue berganti menguntit ibu-ibu yang lain.
Kalau tidak jadi stalker, gue akan berdiri di deket tumpukan baju atau perhiasan atau apalah itu.
Anggap aja gue salah satu penjaga toko.

Di saat-saat seperti inilah gue merasa hidup gue menyedihkan.
Tidak punya teman yang bisa menjadi fashion guide.

Setelah usia gue bertambah sepuluh tahun lebih tua karena sibuk mikir,
gue memutuskan membelikan nyokap sepaket make-up karena gue inget nyokap pernah bilang pengen maskara yang seperti di iklan-iklan itu (kenapa tidak dari awal ingetnya?!)

Tapi sekarang setelah beli malah mikir, "Gimana kalau nyokap ga suka, ya?"
Atau, "Sepertinya kadonya ga spesial, ya?"

Dan begitu gue pulang, gue melihat di meja rias nyokap ternyata sudah ada maskara yang tadi gue belikan sebagai kado...

Hontou ni hontou, DAIKIRAI!

Friday, January 01, 2010

Hn?

Dari buku yang pernah gue baca, plus kata beberapa teman, katanya waktu manusia menaruh perhatian terhadap sesuatu, setiap hal yang ada hubungannya dengan sesuatu itu akan jadi lebih... apa ya kata yang tepat? ...menonjol?

Intinya jadi lebih aware aja terhadap hal-hal yang sebelumnya tidak gue perhatikan.

Sekarang gue mengerti kenapa gue merasa tiba-tiba pemakaian hiasan rambut jadi lebih tren.
Mungkin sebenarnya bukan tren, cuma gara-gara Shiina Ringo satu-satunya penyanyi yang karyanya gue suka dari awal debut sampai sekarang sering pakai hiasan rambut, gue jadi lebih aware kalau ada orang lain yang memakai hiasan rambut yang heboh.


































Shiina Ringo Last.fm

Selain itu, gue juga mulai sadar kalau daerah Jakarta Selatan semakin dipenuhi tempat-tempat menggunakan tulisan Jepang dan Korea.
Padahal dulu gue tidak pernah memperhatikan hal 'kecil' seperti ini.
Tapi untuk hal ini gue agak heran, katanya kita harus menyesuaikan diri dengan budaya setempat, tapi kenapa Indonesia penuh dengan merek asing?
Bukannya kenapa-kenapa kok, cuma heran aja.